Peran perawat menurut Pender (2015), setiap keluarga dan komunitas memiliki keragaman suku, budaya, dan letak geografis. Perawat harus dapat mempromosikan kesehatan dengan menyesuaikan bahasa dan budaya yang ada agar dapat diterima oleh kelompok masyarakat. Selain itu perawat perlu memahami model dan teori konseptual mengenai keperawatan keluarga, keperawatan komunitas, dan ilmu sosial keluarga dan komunitas. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai kesehatan keluarga dan komunitas.
Berbagai masalah kesehatan dalam masyarakat seringkali disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran, ketidakmampuan, serta rendahnya motivasi masyarakat mengenai pentingnya tindakan pencegahan penyakit. Fenomena tersebut tentunya tidak akan merubah kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia karena masyarakat cenderung hanya memedulikan pengobatan daripada pencegahan penyakit. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perawat tentu turut aktif dalam memperbaiki pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap perilaku kesehatan yang benar, yaitu dengan dilakukannya promosi kesehatan. Promosi kesehatan cenderung tertuju pada perawat komunitas, karena memiliki fokus terhadap upaya promotif dan preventif. Dalam upaya promosi kesehatan tersebut terjadi proses alih peran perawat kesehatan komunitas kepada individu, keluarga, atau kelompok sehingga diharapkan dapat memandirikan masyarakat terkait pola pikir maupun perilaku kesehatan yang baik (Jaji, 2012).
Peran perawat tidak hanya terfokus sebagai care giver, namun juga sangat penting untuk dapat mendidik masyarakat dalam memperbaiki perilaku sehat dengan dilakukan penyuluhan kesehatan maupun pemberdayaan masyarakat supaya mereka dapat lebih mandiri dan peduli mengenai pentingnya tindakan pencegahan sakit daripada pengobatan saat sakit.
Baca Juga:
Beberapa prinsip praktik keperawatan komunitas menurut Setyowati (2007), yaitu:
1. Kemanfaatan, yang berarti intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas.
2. Prinsip otonomi, yaitu komunitas memberi komunitas kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif terbaik yang disediakan komunitas.
3. Prinsip keadilan, yaitu berupaya melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas komunitas.
Secara mendasar, dalam promosi kesehatan perawat memiliki peran sebagai (Setyowati, 2007):
1. Pemberi layanan keperawatan. Perawat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung maupun tidak langsung melalui pendekatan proses keperawatan kepada individu, keluarga, maupun kelompok masyarakat.
2. Pendidik. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien secara mandiri maupun melibatkan kader kesehatan.
3. Pengelola. Perawat merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan keperawatan komunitas.
4. Konselor. Perawat memberi konseling atau bimbingan kepada kader, keluarga, atau kelompok mengenai masalah kesehatan komunitas.
5. Advokator. Perawat harus melindungi dan memfasilitasi keluarga maupun masyarakat dalam pelayanan keperawatan komunitas.
6. Peneliti. Perawat melakukan penelitian untuk dapat mengembangkan keperawatan komunitas.
Promosi kesehatan bagi perawat dapat diwujudkan dengan diselenggarakannya berbagai kegiatan seperti melakukan kunjungan disuatu keluarga (home visit), pemberdayaan suatu komunitas masyarakat, penyuluhan di UKS sekolah atau balai desa, maupun melalui media internet supaya dapat menjangkau komunitas yang lebih luas (Saragih, 2017; Setyowati, 2007).
Daftar Pustaka
Pender, Nola J., et al. 2015. Health Promotion In Nursing Practice. United States of America. Pearson Education, Inc.
Jaji. 2012. Peran Keperawatan Komunitas Dalam Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Menuju MDGs 2015. Universitas Sriwijaya.
Saragih, M. Rizal. 2017. Aktualisasi Perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Promotif Dan Preventif Di Puskesmas Kota Pematang Siantar. Pematang Siantar. Universitas Sumatera Utara.
Setyowati. 2007. Peran Perawat Dalam Menurunkan IMR Dan MMR Melalui Desa Siaga. Jurnal Keperawatan Indonesia 11(1): 30-34
Post a Comment
Post a Comment